TOLERANSI
Toleransi secara bahasa bermakna sifat atau sikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dsb) yang berbeda atau bertentangan
dengan pendirian sendiri (Kamus Besar B.Indonesia Edisi. 2 Cetakan 4 Th.1995).
Sedangkan pengertian toleransi sebagai istilah budaya, sosial dan politik, ia
adalah simbol kompromi beberapa kekuatan yang saling tarik-menarik atau saling
berkonfrontasi untuk kemudian bahu-membahu membela kepentingan bersama,
menjaganya dan memperjuangkannya. Demikianlah yang bisa kita simpulkan dari
celotehan para tokoh budaya, tokoh sosial politik dan tokoh agama diberbagai
negeri, khususnya di Indonesia . Maka toleransi itu adalah kerukunan sesama
warga negara dengan saling menenggang berbagai perbedaan yang ada diantara
mereka.
Sampai batas ini, toleransi masih bisa dibawa kepada
pengertian syariah islamiyah. Tetapi setelah itu berkembanglah pengertian
toleransi bergeser semakin menjauh dari batasan-batasan islam, sehingga
cenderung mengarah kepada sinkretisme agama-agama berpijak dengan prinsip yang
berbunyi “semua agama sama baiknya”. Prinsip ini menolak kemutlakan doktrin
agama yang menyatakan bahwa kebenaran hanya ada didalam islam. Kalaupun ada
perbedaan antara kelompok islam dengan kelompok non muslim, maka segere dikatakan
bahwa perkara agama, adalah perkara yang sangat pribadi sehingga dalam rangka
kebebasan, setiap orang merasa berhak berpendapat tentang agama ini, mana yang
diyakini sebagai kebenaran Dalam kerangka berfikir yang demikian inilah muncul
berbagi wacana (konsepsi) agama dalam apa yang dinamakan dialog bebas Para
tokoh ilmuwan dari berbagai agama rupanya sedang bersusah payah merubah status
agama yang diopinikan sebagai sumber konflik, kemudian dirubah menjadi sumber
kerukunan dan persatuan dengan cara menyingkirkan doktrin kemutlakan kebenaran
bagi masing-masing agama kemudian diganti dengan wawasan kenisbian kebenran
untuk mencari titik temu semua agama, khusunya tiga agama samawi (Yahudi,
Kristen, Islam) yang dinyatakan sebagai agama-agama Semua upaya tersebut tidak
lepas dari orbit gerakan zionisme yahudi yang ingin mengkebiri peranan agama
Allah di masyarakat manusia dan menawarkan alternatif pengganti yaitu
sekularisme yang diterapkan dalam segala bidang kehidupan. Dengan demikian
lengkaplah jaringan-jaringan persengkokolan zionisme yang semuanya diatas
namakan “dalam rangka toleransi beragama” dalam bentuk :
1. Teror fisik dan mental menjadikan issue toleransi
beragama sebagai faith acomply sosial, politik terhadap umat islam.
2. Penggiringan opini lengkap dengan sekularisasi
agama dan sekularisme politik, sosial, dan ekonomi serta budaya, guna
menyingkirkan peranan islam dari segenap kehidupan.
Allah Subhanallah Wa Ta’ala memperingatkan:
“Mereka (orang-orang kafir itu) menghendaki untuk memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut mereka, dan Allah terus menyempurnakan cahaya (agamaNya) walaupun orang-orang kafir tidak suka”. (Ash-Shaf: 8)
“Mereka (orang-orang kafir itu) menghendaki untuk memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut mereka, dan Allah terus menyempurnakan cahaya (agamaNya) walaupun orang-orang kafir tidak suka”. (Ash-Shaf: 8)
Toleransi Beragama Menurut Islam
Ada beberapa prinsip yang tidak boleh diabaikan sedikitpun oleh umat islam dalam bertoleransi dengan penganut agama lain yaitu :
Ada beberapa prinsip yang tidak boleh diabaikan sedikitpun oleh umat islam dalam bertoleransi dengan penganut agama lain yaitu :
1. Kebenaran itu hanya
ada pada Islam dan selain Islam adalah bathil
2. Kebenaran yang
telah diturunkan oleh Allah didunia ini adalah pasti dan tidak ada
keraguan sedikitpun kepadanya. Dan kebenaran itu hanya ada di agama Allah Ta’
ala.
3. Kebenaran Islam
telah sempurna sehingga tidak bersandar kepada apapun yang selainnya untuk
kepastiaan kebenarannya
4. Kaum mu’minin derajat
kemuliaannya dan kehormatannya lebih tinggi daripada orang-orang kafir
(non-muslim) dan lebih tinggi pula daripada orang-orang yang munafik (ahlul
bid’ah) Allah menegaskan yang artinya “maka janganlan kalian bersikap lemah dan
jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman (Al-Imran: 139)
5. Kaum muslimin
dilarang ridho atau bahkan ikut serta dalam segala bentuk peribadatan dan
keyakinan orang-orang kafir dan musyrikin
6. Kaum muslimin
jangan lupa bahwa orang kafir dari kalangan ahlul kitab dan musyrikin menyimpan
dihati mereka kebencian tradisional terhadap kaum muslimin, khususnya bila kaum
muslimin mengamalkan agamanya.
7. kaum muslimin
dilarang menyatakan kasih sayang dengan orang-orang kafir dan munafik yang
terang-terangan menyatakan kebenciannya kepada islam dan muslimin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar