Kemiskinan
Jika melihat kondisi kalangan bawah, negeri
ini wajib miris. Bagaimana tidak, sampai saat ini, masih banyak masyarakat di
bumi pertiwi yang tingkat perekonomian dan kehidupannya tergolong miskin.
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Garis kemiskinan yang
menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
. Persepsi manusia terhadap
kebutuhan pokok yang diperlukan
. Posisi manusia dalam
lingkungan sekitar
. Kebutuhan objectif manusia
untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang
diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dansistem nilai
yang dimiliki.
Memahami kemiskinan
Hidup miskin berarti kekurangan sumber daya yang
dibutuhkan untuk berpartisipasi secara signifikan dalam sebuah masyarakat.
Sumber kemiskinan bisa sangat dinamis. Sebagai gejala kerentanan ekonomi
(economic insecurity), kemiskinan dapat timbul dari
(a) risiko-risiko akibat guncangan ekonomi seperti
naiknya harga-harga, penyakit, kecelakaan, dan bencana alam;
(b) kemampuan warga atau kelompok warga yang
terbatas untuk memulihkan diri sesudah guncangan ekonomi (Guy Standing, 2007).
Oleh karena itu, program pengentasan kemiskinan pun seharusnya dinamis, sesuai
dengan penyebab timbulnya kemiskinan tersebut. Dalam hal ini, cukup relevan
jika dikatakan bahwa kemiskinan, selain dapat merupakan pengalaman yang
bersifat sementara dan kronis, dapat pula menjadi takdir hidup yang bersifat
permanen bagi seseorang.
Upaya Pengentasan Kemiskinan
Untuk kemiskinan yang sifatnya sementara, program
pengentasannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebelum dan sesudah kemiskinan
itu terjadi. Pendekatan yang kedua, yaitu upaya rehabilitasi atau penyembuhan
masyarakat dari kemiskinan, merupakan pendekatan yang populer dilakukan di
Indonesia. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari sumbangan-sumbangan,
bantuan sosial, program jaminan sosial, dan sebagainya. Pendekatan yang pertama
dapat dilakukan dengan mengembangkan kebijakan yang pro masyarakat miskin, misalnya
dalam penentuan pajak dan anggaran belanja sosial. Faktanya, kekayaan yang
dapat dimiliki seseorang, baik berupa materi, status sosial, maupun potensi
internal pribadinya, seperti kesehatan dan talenta, tidak tersebar secara
merata dalam kehidupan masyarakat. Adalah tanggung jawab pemerintah untuk
memelihara keseimbangan di dalam kehidupan masyarakat melalui
kebijakan-kebijakannya, sehingga kesenjangan sosial tersebut semakin menyempit.
Untuk bentuk kemiskinan yang kedua, karena sifatnya
yang permanen dan sering terjadi secara turun temurun, maka pendekatan yang
dilakukan tidaklah sama. Orang yang telah terjebak dalam lingkaran kemiskinan
yang permanen akan sulit untuk melepaskan diri dari ikatan tersebut karena
prospek hidupnya akan relatif inferior dibandingkan lingkungan sosialnya. Efek
yang saling memperkuat dari gejala-gejala kemiskinan pendidikan rendah,
kualitas kesehatan yang buruk, dan lingkungan sosial yang tidak ramah akan
terus mengelilinginya, sehingga ia semakin sulit untuk menaikkan kualitas
kehidupannya.
Satu-satunya cara yang paling efektif untuk
meningkatkan taraf hidupnya ialah melalui pendidikan. Pendidikan di sini bukan
hanya sebatas mengikuti program wajib belajar atau menjadi siswa di
lembaga-lembaga pendidikan formal, mengingat biaya pendidikan formal yang
berkualitas saat ini sangat tinggi, sehingga sulit dicapai oleh masyarakat
miskin pada umumnya. Pendidikan di sini diartikan sebagai segala upaya
pemberdayaan potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga membuatnya
mampu untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup, antara lain memenuhi kebutuhan
hidup, memperoleh rasa aman, dan berpartisipasi lebih dalam lingkungan sosial.
Upaya pemberdayaan tersebut bisa beragam, salah satunya dengan memanfaatkan
teknologi informasi.
Berdasarkan ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1.Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri
seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
2.Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset
produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan
atau modal usaha
3.Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai
taman SD
. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak
mempunyai ketrampilan.
Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat
dikatagorikan kedalam tiga unsur :
1. Kemiskinan yang disebabkan
handicap badaniah ataupun mental seseorang
2. Kemiskinan yang disebabkan
oleh bencana alam
. Kemiskinan buatan. Yang relevan dalam
hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap manusia pula yang
disebut kemiskinan structural. Itulah kemiskinan yang timbul oleh dan dari
struktur-struktur buatan manusia, baik struktur ekonomi, politik, sosial
maupun cultural.
Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan atau subkultur,
yang mempunyai struktur dan way of life yang telah turun temurun melalui jalur
keluarga.