KITA semua tahu apa itu
penderitaan. Kita bahkan mengalaminya. Orang biasa bilang bahwa penderitaan itu
seperti bayangan yang selalu ada sepanjang badan. Kadang-kadang bayangan itu di
belakang kita sehingga kita tidak menyadari keberadaannya. Tetapi sering juga
bayangan itu membentang di depan. Penderitaan menjadi sangat jelas dan
mencekam. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang
ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas
penderitaan. Suatu pristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang
belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah
awal untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan. Penyebab penderitaan juga
macam-macam. Ia datang kepada kita dalam bentuk sakit, gagal dalam usaha,
diperlakukan secara tidak adil, mengalami duka cita karena kematian orang yang
kita kasihi, musibah seperti bencana alam. Singkatnya ada banyak penyebab
penderitaan. Apa pun penyebabnya, penderitaan selalu ada
Akibat penderitaan yang
bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula
yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum
tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada
orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf
Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya
ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan
merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.
Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev
(1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi
filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan
mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang
lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia
menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia
belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar.
Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin
besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak
Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun,
ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa
Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang
paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh
Besar Dunia).
Siksaan
Siksaan dapat diartikan
sebagai siksaan badan atau jasman, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau
rokhani. Akiabt siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan.
Siksaan yagn sifatnya psikis bisa berupa : kebimbangan, kesepian,
ketakutan. Ketakutan yang berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya
disebut phobia.banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan
antara lain : claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan, keakitan,
kegagalan. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa
suatu phobia adalah problemnya dan tidak perlu menemukan
sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli
setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup
dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh
kali lebih parah.
Kekalutan
Mental
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal
sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental
adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan
yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang
wajar.
Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami
kekalutan mental adalah :
nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing,
sesak napas, demam, nyeri pada lambung
nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas,
ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah
Tahap-tahap
gangguan kejiwaan adalah :
gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala
kehidupan si penderita bisa jasmana maupun rokhani
usaha mempertahankan diri dengan cara negative
Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown)
dan yang bersangkutan mengalam gangguan
Sebab-sebab
timbulnya kekalutan mental :
Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau
mental yang kurang sempurna
terjadinya konflik sosial budaya
cara pematangan batin yang salah dengan memberikan
reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial
Penderitaan
kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
v kota
– kota besar
v anak-anak
muda usia
v Wanita
v orang
yang tidak beragama
v orang
yang terlalu mengejar materi
Penderitaan dan Kenikmatan
Tujuan manusia yang paling populer adalah
kenikmatan, sedangkan penderitaan adalah sesuatu yang selalu dihindari oleh manusia.
Oleh karena itu, penderitaan harus dibedakan dengan kenikmatan, dan penderitaan
itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara.
Penderitaan dan Kasihan
Kembali kepada masalah penderitaan, muncul Nietzsche
yang memberontak terhadap pernyataan yang berbunyi: “Dalam menghadapi
penderitaan itu, manusia merasa kasihan”. Menurut Nietzche, pernyataan ini
tidak benar, penderiutaan itu adalah suatu kekurangan vitalitas. Selanjutnya ia
berkata, “sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh karenanya ia dapat
hidup terus dan ikut mengembangkan kehidupan semesta alam.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar